Jumat, 03 Oktober 2014

Di dalam kurungan penjara Banceuy yang gelap dan pengap, fikiran Bung Karno melayang hingga ke masa depan. Ia berusaha memberi landasan filosofis terhadap Republik yang hendak dibangunnya.
“Kami tidak akan mendirikan bangsa kami di atas Deklarasi Independen Amerika Serikat. Pun tidak dengan Manifesto Komunis. Kami tidak mungkin meminjam falsafah hidup orang lain,” kata Soekarno.
Begitu ia dibuang ke Ende, di Pulau Flores, NTT, Bung Karno makin menyelami falsafah yang cocok untuk Indonesia merdeka itu. Di sanalah, di bawah pohon sukun, ia menemukan lima butir mutiara. Itulah lima dasar yang menjadi pembentuk falsafah Pancasila.
Akhir April 1945, Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, BPUPKI) dibentuk pemerintah Jepang. Soekarno menjadi bagian dari kepanitiaan itu. BPUPKI memulai sidang pertamanya tanggal 29 Mei 1945. Tiga hari pertama persidangan diwarnai debat berkepanjangan.
Soekarno, yang sejak lama sudah menjahit mimpi Indonesia merdeka, segera tampil berpidato pada tanggal 1 Juni 1945. Pidatonya berlangsung selama kurang lebih satu jam. Ia berusaha meyakinkan peserta sidang, yang sebagian besar mewakili berbagai kekuatan politik dan utusan daerah, tentang pentingnya Indonesia merdeka.
Soekarno juga mendesakkan pentingnya “philosophische grondslag” (filosofi dasar) untuk Indonesia merdeka. Filosofi dasar inilah yang akan menjadi “Weltanschauung” (pandangan hidup) bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Soekarno pun mengajukan lima dasar filosofis: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme, – atau perikemanusiaan, Mufakat, – atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah Pancasila!

Konteks Pancasila
Pancasila dilahirkan oleh sebuah momen historis, yakni Revolusi Nasional bangsa Indonesia. Tanpa memahami konteks historis ini, niscaya kita akan kebingungan meletakkan Pancasila dan konteks Indonesia sebagai sebuah bangsa yang sedang bergerak mencapai tujuan.
Dalam konteks inilah, Airlangga Pribadi, seorang pengajar di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, menganggap Pancasila sebagai bagian dari proses interupsi total dari rezim pengetahuan dominan yang menjadi suprastruktur dari basis material imperialisme kolonial.
Menurutnya, Pancasila harus dipahami sebagai “momen kebenaran”, yaitu proses menginterogasi segenap peristiwa-peristiwa yang merangkai kelahiran Pancasila dan sekaligus menegaskan bahwa peristiwa tersebut adalah kelahiran penanda awal dari Pancasila sebagai ideologi dan haluan RI untuk membedakannya dari penanda sebelumnya, yakni era Imperialisme Kolonial.
“Dengan cara itu, kita bisa menolak berbagai tafsir-tafsir tentang Pancasila baik yang diproduksi oleh pendukung kekuatan lama Orde Baru Soeharto maupun penelikungan Pancasila oleh antek-antek neoliberalisme,” katanya.

Berakar dari Bumi Indonesia
Soekarno, seperti juga Lenin dengan Marxisme-nya, Sun Yat Sen dengan San Min Chu I-nya, berusaha menggali sebuah ideologi bangsa yang cocok dengan realitas dan kepribadian bangsa Indonesia.
Ketemulah ia dengan lima prinsip dalam Pancasila itu. Yang jika disederhanakan, sering disebut Tri-Sila, menjadi tiga gagasan besar: Sosio-nasionalisme (penggabungan sila ke-2 dan ke-3) dan Sosio-demokrasi (penggabungan sila ke-4 dan ke-5), dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Itupun bisa disederhanakan menjadi eka-sila: Gotong Royong!
DN Aidit, yang di era Bung Karno menjabat Wakil Ketua MPRS, menyebut Pancasila sangat objektif dan ilmiah. Sebab, Pancasila bertolak dari kenyataan atau realitas Indonesia. Ini sejalan dengan fikiran bung Karno, juga Bung Hatta, bahwa lima dasar dalam Pancasila sudah hidup dan mentradisi dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu.
Sementara itu, Retor AW Kaligis, seorang doktor sosiologi di Universitas Indonesia, juga mengakui Pancasila sebagai hasil penggalian nilai-nilai Nusantara yang sudah hidup berabad-abad lalu. “Sebelum ajaran sosialisme dari Barat masuk, karakteristik sosialisme sudah ada di sini. Ketika zaman feodal tanah-tanah di Eropa dikavling para baron (tuan tanah), tanah komunal menghidupi rakyat kecil di sini.Pada zaman Majapahit, kepemilikan pertanian yang besar ditolak dengan melindungi hak pakai para petani.  Hak-hak adat atas tanah juga tumbuh di berbagai suku dan kerajaan,” katanya.
“Kita bangsa Indonesia adalah satu-satunya bangsa di dalam sejarah dunia yang tidak pernah menjajah bangsa lain. Itulah perikemanusiaan melekat dalam jiwa bangsa Indonesia,” kata Soekarno.
Demikian pula kedaulatan rakyat atau demokrasi, yang oleh Bung Karno dikatakan “bukan barang baru” bagi bangsa Indonesia. Masyarakat di Minangkabau, seperti dicatat Tan Malaka dalam karya “Aksi Massa”, sudah mempraktekkan mufakat alias demokrasi.
“Pemerintahan oleh adat diserahkan kepada wakil-wakil rakyat para penghulu, yakni datuk-datuk. Mereka mesti memerintah menurut undang-undang tertentu. Kekuasaan tertinggi bernama ‘mufakat’ yang diperoleh dari perundangan dalam satu rapat,” tulis Tan Malaka dalam karya “Aksi Massa”, 1926.
Bangsa Indonesi juga sudah kental dengan cita-cita keadilan sosial. Bung Karno mencontohkan, sejak dulu semboyan “Ratu Adil” sudah ada di kalangan rakyat Indonesia. Juga slogan “Sama Rata, Sama Rasa”.
Pantas saja, Soekarno tidak mau disebut penemu Pancasila, melainkan sebagai “penggali Pancasila”. Sebab, Pancasila itu sudah hadir dalam tradisi dan menjadi harta-karun berharga bangsa Indonesia.

Anti-kolonialisme dan anti-imperialisme
Karena Pancasila lahir dari konteks “masyarakat yang ingin keluar dari belenggu penjajahan”, maka jiwa dan cita-cita Pancasila sangatlah anti-kolonialisme dan anti-imperialisme.
Meski demikian, seperti disinggung Bung Karno dalam penutup pidato 1 Juni 1945, indonesia keluar dari alam penjajahan itu punya tujuan yang hendak dicapai: membentuk nasionalistis Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia yang hidup di dalam perikemanusiaan, untuk permufakatan, untuk sociale rechtvaardigheid (keadilan sosial): untuk Ketuhanan.
Yang jelas, kata Airlangga Pribadi, para pendiri bangsa ingin memperjuangkan sebuah Republik yang lepas dari jeratan tidak saja imperialisme kolonial tetapi juga sistem ekonomi kapitalisme dan politik liberalistik.
Airlangga mencontohkan, di dalam pidato Pancasila tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menekankan bahwa demokrasi yang dicari bukanlah demokrasi barat—yang hanya menghadirkan kebebasan politik semata, melainkan sebuah “politiek economicshe democratie”, yakni sebuah tatanan politik yang mensyaratkan keterlibatan penuh rakyat dalam pengambilan keputusan berbasis musyawarah dan sekaligus mendemokratiskan tatanan ekonomi dari proses penghisapan dan eksploitasi.
DN Aidit, yang di tahun 1960-an partainya makin merapat ke Bung Karno sebagai poros anti-imperialis, berusaha menangkap hal-hal yang melandasi kelahiran dan tujuan Pancasila itu. Materi kuliah Aidit di hadapan kader Front Nasional, “Revolusi Indonesia, Latar Belakang dan Hari Depannya”, menyimpulkan bahwa Pancasila Bung Karno berlandaskan pada lima hal: (1) bagi negara merdeka, artinya anti-kolonialisme; (2) bagi negara kebangsaan, artinya pemersatu seluruh kekuatan nasional; (3) anti terhadap sistem demokrasi borjuis; (4) bercita-cita sosialisme, dan (5) mempersatukan rakyat dengan tidak membeda-bedakan kepercayaan agamanya.

Sebagai dasar negara dan pemersatu
Dalam tulisan menyambut peringatan Lahirnya Pancasila 1 Juni 1964,  “Tjamkan Pantja Sila ! Pancasila dasar falsafah negara”, Soekarno memberi tiga pengertian pokok Pancasila: (1) Pancasila sebagai pemerasan kesatuan jiwa bangsa Indonesia; (2) Pancasila sebagai manifestasi persatuan bangsa dan wilayah Indonesia; (3) Pancasila sebagai “Weltanschauung” bangsa Indonesia dalam penghidupan nasional dan internasional.
Di situ, Soekarno juga sangat jelas mengatakan, “Pancasila sebagai satu-satunya ideologi nasional progressif dalam revolusi Indonesia.” Artinya, dalam kerangka revolusi itu, Pancasila punya dua peran pokok: pertama, sebagai dasar yang mempersatukan bangsa Indonesia; Kedua, sebagai dasar yang memberi arah kepada perikehidupan, termasuk jalannya revolusi Indonesia.
Untuk yang pertama, pancasila merupakan ideologi atau filsafat yang tidak saja mempersatukan berbagai komponen bangsa Indonesia (suku, agama, golongan, dan lain-lain), tetapi juga mempersatukan berbagai aliran dan pemikiran politik dalam kerangka menuntaskan revolusi nasional bangsa Indonesia.
Dengan demikian, seperti ditekankan Soekarno, Pancasila mengakui keberadaan bermacam-macam agama, suku bangsa, filsafat, dan aliran politik dalam kehidupan rakyat Indonesia. Jadi, tidak seperti Orde baru: memaksakan Pancasila sebagai satu-satunya filsafat.
“Yang saya impi-impikan adalah kerukunan pancasilais-manipolis dari segala suku-bangsa, segala agama, segala aliran politik, dan segala kepercayaan,” kata Soekarno (Tavip, hal.42).
Kemudian, yang kedua, yakni pancasila sebagai pemberi arah kepada bangsa Indonesia, dalam segala lapangan kehidupan, dalam rangka mencapai tujuan akhirnya: masyarakat adil dan makmur.
Bagi Soekarno, supaya perjuangan bangsa Indonesia tidak melenceng dari tujuan, maka kehidupan berbangsa harus diberi “pandangan hidup”. Ia harus menjadi leitstar, bintang penuntun arah, bagi perjuangan bangsa Indonesia.
Ini mirip dengan ungkapan Eva Kusuma Sundari, politisi PDI Perjuangan, bahwa Pancasila itu seperti kompas dalam perjalanan bangsa. “Jika pancasila diabaikan, maka limbunglah perjalanan bangsa kita,” katanya.
Supaya leitstar itu bisa menggerakkan massa, kata Soekarno, maka ia harus betul-betul menyentuh dan menghikmati jiwa. Dengan demikian, pancasila sebagai pandangan hidup harus bermakna “dijiwai” oleh rakyat Indonesia.
Pertanyaannya: bagaimana caranya “menjiwakan” pancasila di kalangan rakyat dan penyelenggara negara? Tentu saja, kita tidak setuju dengan model-model rezim orde baru, yang terkesan pemaksaan dan indoktrinasi. Akan tetapi, yang terpenting, bagaimana menghayati lima nilai atau dasar-dasar Pancasila itu. Tentu saja, supaya hal itu bisa berjalan baik, maka proses itu mestinya dimulai dari penyelenggara negara dan cerminannya adalah kebijakan yang pancasilais. (KUSNO)


Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/lipsus/20120531/pancasila-sebagai-ideologi-perjuangan-bangsa-indonesia.html#ixzz3F4hQZmJd

0 komentar:

Posting Komentar

Site search

    Most Viewed

    DOKUMENTASI KEGIATAN

     photo IMG_8281_zpsca62fcf1.jpg" />  photo IMG_8219_zpsebc861ab.jpg" />  photo IMG_8248_zpse073901f.jpg" />  photo IMG_8263_zpsd9eb90a4.jpg" />  photo 10426799_638337532916182_5484792308582205800_n_zpsd9523f98.jpg" />  photo 10250227_10201013365215141_25735085492743884_n_zpsdfa1fefb.jpg" />  photo IMG_8279_zpsc0205111.jpg /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 10704054_1469055396703500_1956008096557276855_n_zps82573051.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 1238997_642449862443561_751164459_n_zpsed5e0c85.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 1604467_687213998028535_2136344001565546235_n_zps0ba8e53f.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 149369_4678974710543_8926531714751967799_n_zpsf3b4b4af.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 406335_371629429571895_1425540720_n_zpse6d15991.jpg" />  photo n2_zpscedf3029.jpg" />  photo n5_zps1b0e9a07.jpg" />  photo n1_zps960b4fdc.jpg" />  photo n3_zps061a6914.jpg" />  photo IMG_20141023_125152_zpsb878e4e1.jpg" />  photo 10414453_683892545027347_2363782841499240901_n_zpse3464e22.jpg" />  photo 10428472_687573184659283_7049797716140929296_n_zps75943aa2.jpg" />  photo don_zps66b4107b.jpg" />  photo P7170216_zpse9692883.jpg" />  photo 10464410_681561381927130_2197933600461464585_n_zps54f35868.jpg" />  photo P7150049_zps58e3c6fe.jpg" />  photo P6060350_zpscd497909.jpg" />  photo P6060335_zps2d708974.jpg" />  photo P6060341_zps2c9c905e.jpg" />  photo P7150014_zps90142b08.jpg" />  photo DSCF0450_zpsc9ec1034.jpg" />  photo IMG_20130824_150750_zpse020e332.jpg" />  photo IMG_20130828_203034_zpsadc1d158.jpg" />  photo IMG01353-20140422-1125_zpsa955ad90.jpg" />  photo IMG00728-20140211-1605_zpscae8815a.jpg" />  photo IMG_20130910_175053_zpscf9c48b4.jpg" />  photo 2013-01-15123303_zps3adfe997.jpg" />  photo 2013-03-01085225_zps5ac161c9.jpg" />  photo DSCF0353_zpsfbe29a8e.jpg" />  photo DSCF0255_zps70d3c28d.jpg" />  photo DSCF0269_zps055895ad.jpg" />  photo 2014-01-22082033_zps90b12f87.jpg" />  photo 11022013005_zpsd80de2b8.jpg" />  photo 2014-01-22080110_zps34041af3.jpg" />  photo 2013-01-15123345_zps9e91d17e.jpg" />  photo 2012-12-21102606_zpsaa8084fc.jpg" />  photo SAM_2876_zpsed3aa4d8.jpg" />  photo P9220122_zps3af158c5.jpg" />  photo 1340_3208jpg_zpsc2793d18.jpeg" />  photo P9220151_zpsb15d6ced.jpg" />  photo P9220090_zps5cc21a6e.jpg" />  photo P9220165_zps9da83193.jpg" />  photo 10426799_638337532916182_5484792308582205800_n_zpsd9523f98.jpg" />  photo 10403643_1502944033274446_6026779843732864812_n_zps3c77f181.jpg" />  photo 1779152_587226691360600_890922827_n_zps9255127d.jpg" />  photo 10450837_690954300987838_4186451458288298117_n_zpsa3a63ea7.jpg" />  photo 10418185_694590487290886_1441304336599827765_n_zpscfb8aaa3.jpg" />  photo 10250227_10201013365215141_25735085492743884_n_zpsdfa1fefb.jpg" />  photo bung-karno_zps00713e8d.jpg" />  photo 10414638_685117991571469_5434067804690704569_n_zps364535e4.jpg" />  photo 10359410_681145978635337_5569345339855338703_n_zps9cbedcc9.jpg" />  photo 10414453_683892545027347_2363782841499240901_n_zps9c1f275d.jpg" />  photo 1932369_681145281968740_7614338468394882381_n_zpsf0844def.jpg" />  photo 1908406_685117951571473_7726508496526289822_n_zpsf9c23771.jpg" />  photo 1662320_685118541571414_9111852935514563041_n1_zpsfa142139.jpg" />  photo 1654126_278445662339719_6494091209504694529_n_zps3ac1428c.jpg" />  photo 10644902_1525425821026267_7138398122127649244_n_zps2572621c.jpg" />  photo 10620699_278446075673011_8656118012458259951_n_zps4839c9c5.jpg" />  photo 10701934_294335114084107_6528506109308040591_n_zps441a39dd.jpg" />  photo 10628302_685117954904806_4650668956319010499_n_zpscceecf59.jpg" />  photo 10620612_681562128593722_866124745239978693_n_zps1ae554b8.jpg" />  photo 10629710_278445789006373_7219651293568506483_n_zps414a1021.jpg" />  photo 10556350_685118554904746_6448014567270293638_n_zps7f178ef2.jpg" />  photo 10593122_681145301968738_1993795391353480064_n_zps4f1de6f6.jpg" />  photo P9220043_zps50f83a08.jpg" />  photo 10428472_687573184659283_7049797716140929296_n_zpse0b602b4.jpg" />  photo IMG_20141110_074537_zpse7fe76b0.jpg" />  photo IMG_20141110_075151_zpsa6f01568.jpg" />

    ALAMAT

    SMK KESEHATAN AMANAH HUSADA BANTUL
    Jl. Ngipik Raya No. 493 Karang Turi Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta

    SMK KESEHATAN AMANAH HUSADA PEMALANG
    Jl. Pemuda No. 95 Pemalang Jawa Tengah