Selasa, 14 Oktober 2014

Karya Harry Poeze yang judulnya berarti Dihujat dan Dilupakan: Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia 1945-1949 sungguh luar biasa dari segi kuantitas dan kualitas. Terdiri atas tiga jilid setebal 2.194 halaman, buku ini bukan saja menggunakan dokumen Indonesia dan Belanda, tetapi juga arsip Rusia. Ini merupakan biografi terbesar dalam sejarah modern Indonesia.
  
Dalam lintasan sejarah, Tan Malaka merupakan salah satu tokoh revolusi kiri yang namanya hingga kini masih terus berkibar, paling tidak di Eropa. Sehingga tak heran jika Harry Poeze, peneliti senior sekaligus Direktur KITLV Belanda, menulis disertasi mengenai Tan Malaka pada tahun 1976 yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dalam dua jilid. Poeze kemudian melanjutkan buku kisah perjalanan hidup Tan Malaka ini sampai akhir hayatnya pada 1949, yang dalam buku tersebut diungkap mengenai lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur dan siapa yang menembaknya. 

Penelusuran Poeze ternyata tidak hanya berhenti disitu, pada 8 Juni 2007 lalu, di Universitas Leide Belanda, Poeze meluncurkan buku yang berjudul ‘Verguisd en Vergeten, Tan Malaka; De linkse Beweging en Indonesische Revolutien 1945-1959’. Buku setebal 2194 halaman ini di jual seharga 99,90 euro di Eropa, dan cukup mendapat apresiasi dari halayak pembaca.[/SIZE]


Pejuang antikolonialisme

Sutan Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, tahun 1896. Ia menempuh pendidikan Kweekschool di Bukittinggi sebelum melanjutkan pendidikan ke Belanda. Pulang ke Indonesia tahun 1919 ia bekerja di perkebunan Tanjung Morawa, Deli.

Penindasan terhadap buruh menyebabkan ia berhenti dan pindah ke Jawa tahun 1921. Ia mendirikan sekolah di Semarang dan kemudian di Bandung. Aktivitasnya menyebabkan ia diasingkan ke negeri Belanda. Ia malah pergi ke Moskwa dan bergerak sebagai agen komunis internasional (Komintern) untuk wilayah Asia Timur. Namun, ia berselisih paham karena tidak setuju dengan sikap Komintern yang menentang pan-Islamisme.

Ia berjuang menentang kolonialisme "tanpa henti selama 30 tahun" dari Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, Kediri, Surabaya, sampai Amsterdam, Berlin, Moskwa, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang. Ia sesungguhnya pejuang Asia sekaliber Jose Rizal (Filipina) dan Ho Chi Minh ( Vietnam).

Ia tidak setuju dengan rencana pemberontakan PKI yang kemudian meletus tahun 1926/1927 sebagaimana ditulisnya dalam buku Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia, Kanton, April 1925 dan dicetak ulang di Tokyo, Desember 1925). Perpecahan dengan Komintern mendorong Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok, Juni 1927.

Walaupun bukan partai massa, organisasi ini dapat bertahan sepuluh tahun; pada saat yang sama partai-partai nasionalis di Tanah Air lahir dan mati.

Perjuangan Tan Malaka yang bersifat lintas bangsa dan lintas benua telah diuraikan secara rinci dalam dua jilid biografi yang ditulis Poeze. Setelah Indonesia merdeka, perjuangan Tan Malaka mengalami pasang naik dan pasang surut. Ia memperoleh testamen dari Bung Karno untuk menggantikan apabila yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugasnya.

Namun, tahun 1948, Tan Malaka dikenal sebagai penentang diplomasi dengan Belanda yang dilakukan dalam posisi merugikan Indonesia. Ia memimpin Persatuan Perjuangan yang menghimpun 141 partai/organisasi masyarakat dan laskar, menuntut agar perundingan baru dilakukan jika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia seratus persen.

Tahun 1949 Tan Malaka ditembak. Tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Namun, sejak era Orde Baru, namanya dihapus dalam pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah walau gelar pahlawan nasional itu tidak pernah dicabut. Adalah kebodohan rezim Orde Baru menganggap Tan Malaka sebagai tokoh partai yang dituduh terlibat pemberontakan beberapa kali. Tan Malaka justru menolak pemberontakan PKI tahun 1926/1927. Ia sama sekali tidak terlibat dalam peristiwa Madiun 1948. Bahkan, partai yang didirikan tanggal 7 November 1948, Murba, dalam berbagai peristiwa berseberangan dengan PKI.

Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur berdasarkan serangkaian wawancara yang dilakukan pada periode 1986 sampai dengan 2005 dengan para pelaku sejarah yang berada bersama-sama dengan Tan Malaka tahun 1949. Dengan dukungan dari keluarga dan lembaga pendukung Tan Malaka, sedang dijajaki kerja sama dengan Departemen Sosial Republik Indonesia untuk memindahkan kuburannya ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Tentu untuk ini perlu tes DNA, misalnya. Tetapi, Depsos dan Pemerintah Provinsi Jatim harus segera melakukannya sebelum masyarakat setempat secara sporadis menggali dan mungkin menemukan tulang belulang kambing yang bisa diklaim sebagai kerangka jenazah sang pahlawan nasional.

Temuan baru

Banyak penemuan baru yang terdapat dalam buku Tan Malaka yang terakhir ini. Sejarah revolusi Indonesia tahun 1945-1949 seperti diguncang untuk ditinjau ulang. Peristiwa Madiun 1948 dibahas sebanyak 300 halaman. Poeze menggunakan arsip Komintern yang terdapat di Moskwa.

Ia juga menemukan arsip menarik tentang Soeharto. Selama ini sudah diketahui bahwa Soeharto datang ke Madiun sebelum meletus pemberontakan. Soemarsono berpesan kepadanya bahwa kota itu aman dan agar pesan itu disampaikan kepada pemerintah. Poeze menemukan sebuah arsip menarik di Arsip Nasional RI bahwa Soeharto pernah menulis kepada "Paduka Tuan" Kolonel Djokosoejono, komandan tentara kiri, agar beliau datang ke Yogya dan menyelesaikan persoalan ini. Soeharto menulis "saya menjamin keselamatan Pak Djoko". Dokumen ini menarik karena ternyata Soeharto mengambil inisiatif sendiri sebagai penengah dalam peristiwa Madiun.

Dalam kondisi ini, Tan Malaka mungkin lebih cocok disebut sebagai pahlawan yang terlupakan. Mengapa demikian, karena Ia berpuluh-puluh tahun telah berjuang bersama rakyat, namun kemudian dibunuh dan dikuburkan disamping markas militer di sebuah desa di Kediri pada 1949, tanpa banyak yang tahu. Padahal ia lebih dari tiga dekade merealisasikan gagasannya dalam kancah perjuangan Indonesia. Ini dapat dilihat dari ketika Tan Malaka pertama kali menginjakkan kaki di tanah Jawa, yakni dengan mendirikan Sekolah Rakyat di Semarang. Padahal Tan Malaka ketika sedang dalam pengejaran Intelijen Belanda, Inggris dan Amerika. 

Menurutnya, pendidikan rakyat jelas merupakan cara terbaik membebaskan rakyat dari kebodohan dan keterbelakangan untuk membebaskan diri dari kolonialisme. Tan Malaka dan gagasannya tidak hanya menjadi penggerak rakyat Indonesia, tetapi juga membuka mata rakyat Philipina dan semenanjung Malaya atau bahkan dunia.

 Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur. Lokasi tempat Tan Malaka disergap dan kemudian ditembak adalah Dusun Tunggul, Desa Selopanggung, di kaki Gunung Wilis. Penembakan itu dilakukan oleh Suradi Tekebek atas perintah Letnan Dua Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya. Pada masa selanjutnya, Soekotjo pernah menjadi Wali Kota Surabaya dan terakhir berpangkat brigjen, meninggal tahun 1980-an.

Dalam penelitiannya Poeze juga memanfaatkan foto-foto sejarah. Rapat raksasa di lapangan Ikada (sekarang lapangan Monas) Jakarta, 19 September 1945, yang dihadiri 15.000 orang dari seputar Jakarta merupakan momen historis penting. Walau Indonesia sudah merdeka, peralihan kekuasaan belum terlaksana. Tentara Jepang masih memegang senjata dan mengancam jika rakyat mengadakan rapat lebih dari lima orang. Rapat raksasa di lapangan Ikada itu dirancang pemuda untuk memperlihatkan dukungan rakyat kepada proklamasi. Soekarno ragu untuk menghadiri rapat tersebut karena khawatir tentara Jepang melakukan penembakan massal terhadap penduduk. Rapat itu akhirnya berlangsung dan Soekarno berpidato beberapa menit.

Poeze sempat memeriksa foto-foto tentang peristiwa itu. Ia menemukan seseorang yang memakai helm di dekat Bung Karno ketika berpidato. Bahkan, pada salah satu foto, Soekarno dan orang itu berjalan berdampingan. Setelah membandingkan berbagai foto itu, berkesimpulan bahwa lelaki berhelm itu adalah Tan Malaka. Lelaki itu lebih pendek dari Soekarno dan ukurannya di foto ternyata cocok karena tinggi Soekarno adalah 1,72 meter dan Tan Malaka 1,65 meter.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/kota-kediri/tan-malaka-biografi-terbesar-pahlawan-terlupakan-dlm-sejarah-indonesia-yg-diharg/10150455607367136

0 komentar:

Posting Komentar

Site search

    Most Viewed

    DOKUMENTASI KEGIATAN

     photo IMG_8281_zpsca62fcf1.jpg" />  photo IMG_8219_zpsebc861ab.jpg" />  photo IMG_8248_zpse073901f.jpg" />  photo IMG_8263_zpsd9eb90a4.jpg" />  photo 10426799_638337532916182_5484792308582205800_n_zpsd9523f98.jpg" />  photo 10250227_10201013365215141_25735085492743884_n_zpsdfa1fefb.jpg" />  photo IMG_8279_zpsc0205111.jpg /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 10704054_1469055396703500_1956008096557276855_n_zps82573051.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 1238997_642449862443561_751164459_n_zpsed5e0c85.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 1604467_687213998028535_2136344001565546235_n_zps0ba8e53f.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 149369_4678974710543_8926531714751967799_n_zpsf3b4b4af.jpg" /> SMK Kesehatan Amanah Husada photo 406335_371629429571895_1425540720_n_zpse6d15991.jpg" />  photo n2_zpscedf3029.jpg" />  photo n5_zps1b0e9a07.jpg" />  photo n1_zps960b4fdc.jpg" />  photo n3_zps061a6914.jpg" />  photo IMG_20141023_125152_zpsb878e4e1.jpg" />  photo 10414453_683892545027347_2363782841499240901_n_zpse3464e22.jpg" />  photo 10428472_687573184659283_7049797716140929296_n_zps75943aa2.jpg" />  photo don_zps66b4107b.jpg" />  photo P7170216_zpse9692883.jpg" />  photo 10464410_681561381927130_2197933600461464585_n_zps54f35868.jpg" />  photo P7150049_zps58e3c6fe.jpg" />  photo P6060350_zpscd497909.jpg" />  photo P6060335_zps2d708974.jpg" />  photo P6060341_zps2c9c905e.jpg" />  photo P7150014_zps90142b08.jpg" />  photo DSCF0450_zpsc9ec1034.jpg" />  photo IMG_20130824_150750_zpse020e332.jpg" />  photo IMG_20130828_203034_zpsadc1d158.jpg" />  photo IMG01353-20140422-1125_zpsa955ad90.jpg" />  photo IMG00728-20140211-1605_zpscae8815a.jpg" />  photo IMG_20130910_175053_zpscf9c48b4.jpg" />  photo 2013-01-15123303_zps3adfe997.jpg" />  photo 2013-03-01085225_zps5ac161c9.jpg" />  photo DSCF0353_zpsfbe29a8e.jpg" />  photo DSCF0255_zps70d3c28d.jpg" />  photo DSCF0269_zps055895ad.jpg" />  photo 2014-01-22082033_zps90b12f87.jpg" />  photo 11022013005_zpsd80de2b8.jpg" />  photo 2014-01-22080110_zps34041af3.jpg" />  photo 2013-01-15123345_zps9e91d17e.jpg" />  photo 2012-12-21102606_zpsaa8084fc.jpg" />  photo SAM_2876_zpsed3aa4d8.jpg" />  photo P9220122_zps3af158c5.jpg" />  photo 1340_3208jpg_zpsc2793d18.jpeg" />  photo P9220151_zpsb15d6ced.jpg" />  photo P9220090_zps5cc21a6e.jpg" />  photo P9220165_zps9da83193.jpg" />  photo 10426799_638337532916182_5484792308582205800_n_zpsd9523f98.jpg" />  photo 10403643_1502944033274446_6026779843732864812_n_zps3c77f181.jpg" />  photo 1779152_587226691360600_890922827_n_zps9255127d.jpg" />  photo 10450837_690954300987838_4186451458288298117_n_zpsa3a63ea7.jpg" />  photo 10418185_694590487290886_1441304336599827765_n_zpscfb8aaa3.jpg" />  photo 10250227_10201013365215141_25735085492743884_n_zpsdfa1fefb.jpg" />  photo bung-karno_zps00713e8d.jpg" />  photo 10414638_685117991571469_5434067804690704569_n_zps364535e4.jpg" />  photo 10359410_681145978635337_5569345339855338703_n_zps9cbedcc9.jpg" />  photo 10414453_683892545027347_2363782841499240901_n_zps9c1f275d.jpg" />  photo 1932369_681145281968740_7614338468394882381_n_zpsf0844def.jpg" />  photo 1908406_685117951571473_7726508496526289822_n_zpsf9c23771.jpg" />  photo 1662320_685118541571414_9111852935514563041_n1_zpsfa142139.jpg" />  photo 1654126_278445662339719_6494091209504694529_n_zps3ac1428c.jpg" />  photo 10644902_1525425821026267_7138398122127649244_n_zps2572621c.jpg" />  photo 10620699_278446075673011_8656118012458259951_n_zps4839c9c5.jpg" />  photo 10701934_294335114084107_6528506109308040591_n_zps441a39dd.jpg" />  photo 10628302_685117954904806_4650668956319010499_n_zpscceecf59.jpg" />  photo 10620612_681562128593722_866124745239978693_n_zps1ae554b8.jpg" />  photo 10629710_278445789006373_7219651293568506483_n_zps414a1021.jpg" />  photo 10556350_685118554904746_6448014567270293638_n_zps7f178ef2.jpg" />  photo 10593122_681145301968738_1993795391353480064_n_zps4f1de6f6.jpg" />  photo P9220043_zps50f83a08.jpg" />  photo 10428472_687573184659283_7049797716140929296_n_zpse0b602b4.jpg" />  photo IMG_20141110_074537_zpse7fe76b0.jpg" />  photo IMG_20141110_075151_zpsa6f01568.jpg" />

    ALAMAT

    SMK KESEHATAN AMANAH HUSADA BANTUL
    Jl. Ngipik Raya No. 493 Karang Turi Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta

    SMK KESEHATAN AMANAH HUSADA PEMALANG
    Jl. Pemuda No. 95 Pemalang Jawa Tengah